BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
belakang
Virus
pertama kali ditemukan oleh Adolf Meyer di Nederland pada tahun 1883. Penelitian
tentang virus dilanjutkan oleh ahli botani berkebangsaan Rusia yaitu Dimitri
Ivanowski (1892), dan Baijerinck (1899) berkebangsaan Jerman Keduanya meneliti
pada Daun tembakau yang terdapat bercak putih (Mozaik). Kemudian Keduanya
menyimpulkan bahwa penyakit mozaik pada tembakau disebabkan oleh virus. Pada
penelitian yang lain Twort (1916) dan d’Herelle (1917) menemukan virus yang
menyebabkan lisis pada bakteri yang disebut dengan bakteriofage.
Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan
mengandung molekul asam nukleat (DNA, atau RNA). Molekul asam nukeat ini yang membawa semua
informasi genetik yang diperlukan untuk mengadakan replikasi di dalam sel yang
dimasukinya. Sifat virus adalah
merupakan parasit obligat pada sel yang hidup. Virus berbeda dengan makhluk
lain karena mempunyai sifat-sifat seperti Virus hanya mengandung salah satu asam
nukleat saja, DNA atau RNA, Untuk reproduksinya hanya diperlukan asam nukleat
saja, dan Virus tidak memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri di luar
sel-sel hidup.
Perkembangan virus dapat mengakibatkan kematian
sel-sel hospes. Di luar sel hospes,
virus terdapat sebagai partikel virus, yaitu virion. Virion terdiri dari asam nukleat dan selubung
protein (kapsid/kulit protein yang simetris yang menutupi genom asam
nukleat). Kapsid dan asam nukleat itu
dinamakan nukleokapsid.
Virus merupakan
mikroorganisme yang sangat hiperaktif jika berada di alam sel inangnya. Virus
terdiri dari dua jenis, yaitu virus yang hanya memiliki asam nukleat berupa DNA
dan RNA. Dalam hal ini hanya membahas mengenai virus DNA. Virus
DNA dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok. Kelompok pertama Papovirus,
Adenovirus, dan Herpesvirus. Genom virus kelompok ini ditranskripsi dan
direplikasi di dalam nukleus sel. Oleh karena itu, dapat menggunakan enzim
inang. Kelompok kedua adalah Poxvirus. Proses transkripsi Poxvirus terjadi di
sitoplasma. Proses transkripsi memerlukan enzim virus. Kelompok ketiga adalah
Parvovirus. Virus terasosiasi adeno memerlukan adenovirus atau virus herpes
simpleks untuk perbanyakannya. Tanpa virus penolong, genom hanya terintegrasi
ke genom inang tetapi tidak tereskpresikan. Namun dalam makalah ini yang akan
banyak dibahas salah satu virus DNA yaitu Poxvirus yaitu virus penyebab
penyakit cacar.
B.
Rumusan
masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil
rumusan masalah sebagai berikut
:
a. Apa sifat-sifat yang dimiliki oleh
poxvirus ?
b. Bagaimana struktur dan komposisi
yang ada pada poxvirus ?
c. Bagaimana klasifikasi poxvirus?
d. Bagaimana proses replikasi pada
poxvirus?
e. Apakah poxvirus pathogenesis
terhadap inangnya?
f. Bagaimana pencegahan dan
pengendalian penyakit yang disebabkan oleh poxvirus?
C.
Tujuan
penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini
disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
·
Untuk mengetahui sifat-sifat yang
dimiliki oleh poxvirus
·
Untuk mengetahui bagaimana struktur dan
komposisi yang ada pada poxvirus
·
Untuk mengetahui bagaimana proses
replikasi pada poxvirus
·
Untuk mengetahui apakah poxvirus pathogenesis
terhadap inangnya
·
Untuk
mengetahui klasifikasi poxvirus
·
Untuk
mengetahui bagaimana pencegahan dan pengendalian penyakit yang disebabkan oleh
poxvirus.
BAB II
PEMBAHASAN
Poxvirus merupakan virus lengkap yaitu virion dan
dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik
yang disebut dengan kapsid dan terdapat selubung luar (envelope) yang
terdiri dari protein dan lipid. Ciri
mencolok dari DNA poxvirus adalah bahwa kedua untai komplementer bergabung.
Intermediet replikatif, hadir dalam sitoplasma, yang concatemers khusus berisi
pasang genom tersambung baik kepala atau ekor.
Poxvirus ini berasal dari family poxviridae,
merupakan penyakit penyebab cacar. Biasanya terjadi infeksi pada kulit. virus
ini menyebar dari orang ke orang dengan menyentuh kulit yang terkena. Virus ini
juga dapat menyebar dengan menyentuh permukaan dengan virus di atasnya, seperti
handuk, pakaian, atau mainan. Setelah seseorang memiliki virus, benjolan dapat
menyebar ke bagian lain dari tubuh mereka dengan menyentuh atau menggaruk
benjolan dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh.
Siklus hidup poxvirus rumit dengan memiliki bentuk
infeksi ganda, dengan mekanisme yang berbeda dan masuk ke sel. Poxvirus adalah
unik di antara virus DNA dalam bahwa mereka bereplikasi dalam sitoplasma sel
bukan di inti. Untuk mereplikasi, poxvirus menghasilkan berbagai protein khusus
yang tidak diproduksi oleh virus DNA lainnya, yang paling penting yang
merupakan virus terkait DNA-dependent RNA polimerase.
Kedua virion menyelimuti dan unenveloped yang
menular. Virus ini terbuat dari membran Golgi dimodifikasi mengandung
virus-spesifik polipeptida, termasuk hemaglutinin. Infeksi dengan baik variola
besar atau variola minor menciptakan kekebalan terhadap yang lain.
Proses
Replikasi Virus DNA yaitu pada Poxvirus transkripsi terjadi pada inti dan terjemahan dalam
sitoplasma. Umumnya, transkrip primer, yang dihasilkan oleh RNA polimerase II,
lebih besar daripada mRNA ditemukan pada ribosom, dan dalam beberapa kasus,
sebanyak 30% dari RNA ditranskripsi tetap diterjemahkan dalam nukleus. Para
utusan virus, bagaimanapun, seperti sel-sel hewan, yang monocistronic.
Transkripsi memiliki organisasi temporal, dengan virus DNA yang paling hanya
sebagian kecil dari genom ditranskripsi menjadi utusan awal. Sintesis protein
awal adalah langkah awal penting dalam replikasi DNA virus. Setelah sintesis
DNA, sisa genom ditranskripsi menjadi utusan terlambat.
Virus kompleks memiliki gen awal langsung, yang
dinyatakan di hadapan inhibitor sintesis protein, dan tertunda gen awal, yang
membutuhkan sintesis protein untuk berekspresi. Regulasi dilakukan oleh protein
hadir dalam virion, atau ditentukan oleh gen virus atau selular, berinteraksi
dengan urutan peraturan di ujung 5 ‘gen. Urutan ini dapat menanggapi di trans
untuk produk yang dihasilkan oleh gen lain dan bertindak dalam cis
pada gen yang terkait. Kelas yang berbeda mungkin gen ditranskripsi dari untai
DNA yang berbeda dan oleh karena itu dalam arah yang berlawanan misalnya
polyomaviruses. Transkrip dapat menjalani proses pasca-transkripsi sehingga
urutan intervensi yang tidak penting akan dihapus. Modus replikasi adalah
semikonservatif tetapi sifat intermediet replikatif tergantung pada cara
replikasi.
Penyakit cacar dalam
bahasa medis disebut variola, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut small
pox. Penyakit yang disebabkan oleh virus poks (pox virus) ini sudah
ada sejak berabad-abad yang lalu dan sangat mudah menular. Gejala yang terjadi
bagi yang terinfeksi adalah demam, dan muncul gelembung-gelembung berisi nanah
secara serentak di kulit daerah wajah, tangan, kaki, dan akhirnya seluruh
tubuh. Penyakit ini kerap berakibat fatal, terutama bila mengenai bayi atau
lanjut usia. Bagi yang bisa sembuh pun, akan memberikan bekas di kulit berupa
bopeng-bopeng.
Penyakit cacar yang
disebabkan oleh poxvirus ini ada beberapa macam diantaranya yaitu cacar air,
cacar ular dan cacar monyet. Cacar air, walaupun namanya mirip dengan cacar,
merupakan penyakit yang berbeda. Cacar
air, dalam bahasa medisnya disebut ‘varisela’, dan dalam bahasa Inggris
dinamai chicken pox. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama
virus varisela-zoster. Gejala berupa gelembung yang muncul kecil-kecil
dan tidak serentak, yang dimulai dari bagian tubuh penderita lalu menjalah ke
anggota tubuh lainnya. Secara umum, penyakit cacar air ini jauh lebih ringan
dan tidak berbahaya seperti penyakit cacar. Cacar ular adalah nama awam untuk
penyakit Herpes Zoster. Penyakit ini merupakan bentuk reaktivasi
penyakit cacar air (varisela) yang pernah diderita seseorang sebelumnya.
Perlu diketahui, bila seseorang terkena infeksi
virus varisela-zoster untuk pertama kali, maka akan timbul penyakit
cacar air. Setelah sembuh, virus tersebut tidaklah musnah seluruhnya dari tubuh
penderita, melainkan berdiam di dalam tubuh penderita, tepatnya di ganglion
saraf tepi penderitanya. Virus yang berdiam dalam tubuh penderita ini dapat
sewaktu-waktu muncul kembali dan menyebabkan penyakit yang dinamai Herpes
Zoster. Walaupun di dalam tubuhnya terdapat virus ini, namun kebanyakan
orang memang tidak mengalami penyakit Herpes Zoster. Hal ini disebabkan
daya tahan tubuh yang baik yang dapat menekan virus ini berkembang. Sebaliknya,
pada orang yang daya tahannya sedang menurun, tak jarang penyakit ini tiba-tiba
muncul menyerang.
Istilah cacar monyet memang relatif tidak sepopuler
istilah cacar lainnya yang telah disebutkan di atas. Penyakit ini nama ilmiahnya
adalah impetigo bulosa, atau ada pula yang menamakan impetigo
vesikulo-bulosa. Berbeda dengan jenis cacar lainnya yang disebabkan karena
infeksi virus, cacar monyet ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus
aureus. Secara klinis, penderita tidak mengalami demam ataupun gejala umum
seperti pada cacar air ataupun herpes zoster. Gejala yang didapatkan
adalah adanya gelembung yang munculnya terutama di ketiak, dada, dan punggung.
Gelembung yang muncul ini cepat pecah dan jumlahnya tidak begitu banyak, namun
kerap kali disertai pula oleh miliaria (biang keringat).
Penanggulangan Cacar dapat dilakukan dengan vaksinasi dalam waktu tiga hari
setelah terinfeksi akan mencegah atau secara signifikan mengurangi keparahan
gejala cacar di sebagian besar orang. Vaksinasi empat sampai tujuh hari setelah
terinfeksi dapat menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat
memodifikasi keparahan penyakit. Selain vaksinasi, pengobatan cacar, seperti
perawatan luka dan pengendalian infeksi, terapi cairan, dan bantuan ventilator.
BAB
III
KESIMPULAN
Poxvirus merupakan virus lengkap yaitu virion dan
dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik
yang disebut dengan kapsid dan terdapat selubung luar (envelope) yang
terdiri dari protein dan lipid. Poxvirus
ini berasal dari family poxviridae, merupakan penyakit penyebab cacar. Biasanya
terjadi infeksi pada kulit. virus ini menyebar dari orang ke orang
dengan menyentuh kulit yang terkena.
Penanggulangan Cacar dapat dilakukan dengan vaksinasi dalam waktu tiga hari
setelah terinfeksi akan mencegah atau secara signifikan mengurangi keparahan
gejala cacar di sebagian besar orang. Vaksinasi empat sampai tujuh hari setelah
terinfeksi dapat menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat
memodifikasi keparahan penyakit. Selain vaksinasi, pengobatan cacar, seperti
perawatan luka dan pengendalian infeksi, terapi cairan, dan bantuan ventilator.
SUMBER
Tidak ada komentar:
Posting Komentar