Senin, 11 Juni 2012

POX-VIRUS


BAB I
PENDAHULUAN

   A.    Latar belakang

Virus pertama kali ditemukan oleh Adolf Meyer di Nederland pada tahun 1883. Penelitian tentang virus dilanjutkan oleh ahli botani berkebangsaan Rusia yaitu Dimitri Ivanowski (1892), dan Baijerinck (1899) berkebangsaan Jerman Keduanya meneliti pada Daun tembakau yang terdapat bercak putih (Mozaik). Kemudian Keduanya menyimpulkan bahwa penyakit mozaik pada tembakau disebabkan oleh virus. Pada penelitian yang lain Twort (1916) dan d’Herelle (1917) menemukan virus yang menyebabkan lisis pada bakteri yang disebut dengan bakteriofage.

Virus adalah mikroorganisme yang sangat kecil dan mengandung molekul asam nukleat (DNA, atau RNA).  Molekul asam nukeat ini yang membawa semua informasi genetik yang diperlukan untuk mengadakan replikasi di dalam sel yang dimasukinya.  Sifat virus adalah merupakan parasit obligat pada sel yang hidup. Virus berbeda dengan makhluk lain karena mempunyai sifat-sifat seperti Virus hanya mengandung salah satu asam nukleat saja, DNA atau RNA, Untuk reproduksinya hanya diperlukan asam nukleat saja, dan Virus tidak memiliki kemampuan untuk memperbanyak diri di luar sel-sel hidup.

Perkembangan virus dapat mengakibatkan kematian sel-sel hospes.  Di luar sel hospes, virus terdapat sebagai partikel virus, yaitu virion.  Virion terdiri dari asam nukleat dan selubung protein (kapsid/kulit protein yang simetris yang menutupi genom asam nukleat).  Kapsid dan asam nukleat itu dinamakan nukleokapsid. 

Virus merupakan mikroorganisme yang sangat hiperaktif jika berada di alam sel inangnya. Virus terdiri dari dua jenis, yaitu virus yang hanya memiliki asam nukleat berupa DNA dan RNA. Dalam hal ini hanya membahas mengenai virus DNA. Virus DNA dapat dikelompokkan menjadi empat kelompok. Kelompok pertama Papovirus, Adenovirus, dan Herpesvirus. Genom virus kelompok ini ditranskripsi dan direplikasi di dalam nukleus sel. Oleh karena itu, dapat menggunakan enzim inang. Kelompok kedua adalah Poxvirus. Proses transkripsi Poxvirus terjadi di sitoplasma. Proses transkripsi memerlukan enzim virus. Kelompok ketiga adalah Parvovirus. Virus terasosiasi adeno memerlukan adenovirus atau virus herpes simpleks untuk perbanyakannya. Tanpa virus penolong, genom hanya terintegrasi ke genom inang tetapi tidak tereskpresikan. Namun dalam makalah ini yang akan banyak dibahas salah satu virus DNA yaitu Poxvirus yaitu virus penyebab penyakit cacar.

   B.     Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat diambil rumusan masalah sebagai berikut :
a.       Apa sifat-sifat yang dimiliki oleh poxvirus ?
b.      Bagaimana struktur dan komposisi yang ada pada poxvirus ?
c.       Bagaimana klasifikasi poxvirus?
d.      Bagaimana proses replikasi pada poxvirus?
e.       Apakah poxvirus pathogenesis terhadap inangnya?
f.       Bagaimana pencegahan dan pengendalian penyakit yang disebabkan oleh poxvirus?

  C.    Tujuan penulisan
Sejalan dengan rumusan masalah diatas, makalah ini disusun dengan tujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan:
·         Untuk mengetahui sifat-sifat yang dimiliki oleh poxvirus
·         Untuk mengetahui bagaimana struktur dan komposisi yang ada pada poxvirus
·         Untuk mengetahui bagaimana proses replikasi pada poxvirus
·         Untuk mengetahui apakah poxvirus pathogenesis terhadap inangnya
·         Untuk mengetahui klasifikasi poxvirus
·         Untuk mengetahui bagaimana pencegahan dan pengendalian penyakit yang disebabkan oleh poxvirus.
BAB II
PEMBAHASAN
Poxvirus merupakan virus lengkap yaitu virion dan dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang disebut dengan kapsid dan terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein dan lipid. Ciri mencolok dari DNA poxvirus adalah bahwa kedua untai komplementer bergabung. Intermediet replikatif, hadir dalam sitoplasma, yang concatemers khusus berisi pasang genom tersambung baik kepala atau ekor.
Poxvirus ini berasal dari family poxviridae, merupakan penyakit penyebab cacar. Biasanya terjadi infeksi pada kulit. virus ini menyebar dari orang ke orang dengan menyentuh kulit yang terkena. Virus ini juga dapat menyebar dengan menyentuh permukaan dengan virus di atasnya, seperti handuk, pakaian, atau mainan. Setelah seseorang memiliki virus, benjolan dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh mereka dengan menyentuh atau menggaruk benjolan dan kemudian menyentuh bagian lain dari tubuh.
Siklus hidup poxvirus rumit dengan memiliki bentuk infeksi ganda, dengan mekanisme yang berbeda dan masuk ke sel. Poxvirus adalah unik di antara virus DNA dalam bahwa mereka bereplikasi dalam sitoplasma sel bukan di inti. Untuk mereplikasi, poxvirus menghasilkan berbagai protein khusus yang tidak diproduksi oleh virus DNA lainnya, yang paling penting yang merupakan virus terkait DNA-dependent RNA polimerase.
Kedua virion menyelimuti dan unenveloped yang menular. Virus ini terbuat dari membran Golgi dimodifikasi mengandung virus-spesifik polipeptida, termasuk hemaglutinin. Infeksi dengan baik variola besar atau variola minor menciptakan kekebalan terhadap yang lain.
Proses Replikasi Virus DNA yaitu pada Poxvirus transkripsi terjadi pada inti dan terjemahan dalam sitoplasma. Umumnya, transkrip primer, yang dihasilkan oleh RNA polimerase II, lebih besar daripada mRNA ditemukan pada ribosom, dan dalam beberapa kasus, sebanyak 30% dari RNA ditranskripsi tetap diterjemahkan dalam nukleus. Para utusan virus, bagaimanapun, seperti sel-sel hewan, yang monocistronic. Transkripsi memiliki organisasi temporal, dengan virus DNA yang paling hanya sebagian kecil dari genom ditranskripsi menjadi utusan awal. Sintesis protein awal adalah langkah awal penting dalam replikasi DNA virus. Setelah sintesis DNA, sisa genom ditranskripsi menjadi utusan terlambat.
Virus kompleks memiliki gen awal langsung, yang dinyatakan di hadapan inhibitor sintesis protein, dan tertunda gen awal, yang membutuhkan sintesis protein untuk berekspresi. Regulasi dilakukan oleh protein hadir dalam virion, atau ditentukan oleh gen virus atau selular, berinteraksi dengan urutan peraturan di ujung 5 ‘gen. Urutan ini dapat menanggapi di trans untuk produk yang dihasilkan oleh gen lain dan bertindak dalam cis pada gen yang terkait. Kelas yang berbeda mungkin gen ditranskripsi dari untai DNA yang berbeda dan oleh karena itu dalam arah yang berlawanan misalnya polyomaviruses. Transkrip dapat menjalani proses pasca-transkripsi sehingga urutan intervensi yang tidak penting akan dihapus. Modus replikasi adalah semikonservatif tetapi sifat intermediet replikatif tergantung pada cara replikasi.
Penyakit cacar dalam bahasa medis disebut variola, sedangkan dalam bahasa Inggris disebut small pox. Penyakit yang disebabkan oleh virus poks (pox virus) ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu dan sangat mudah menular. Gejala yang terjadi bagi yang terinfeksi adalah demam, dan muncul gelembung-gelembung berisi nanah secara serentak di kulit daerah wajah, tangan, kaki, dan akhirnya seluruh tubuh. Penyakit ini kerap berakibat fatal, terutama bila mengenai bayi atau lanjut usia. Bagi yang bisa sembuh pun, akan memberikan bekas di kulit berupa bopeng-bopeng.

Penyakit cacar yang disebabkan oleh poxvirus ini ada beberapa macam diantaranya yaitu cacar air, cacar ular dan cacar monyet. Cacar air, walaupun namanya mirip dengan cacar, merupakan penyakit yang berbeda. Cacar air, dalam bahasa medisnya disebut ‘varisela’, dan dalam bahasa Inggris dinamai chicken pox. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang bernama virus varisela-zoster. Gejala berupa gelembung yang muncul kecil-kecil dan tidak serentak, yang dimulai dari bagian tubuh penderita lalu menjalah ke anggota tubuh lainnya. Secara umum, penyakit cacar air ini jauh lebih ringan dan tidak berbahaya seperti penyakit cacar. Cacar ular adalah nama awam untuk penyakit Herpes Zoster. Penyakit ini merupakan bentuk reaktivasi penyakit cacar air (varisela) yang pernah diderita seseorang sebelumnya.
Perlu diketahui, bila seseorang terkena infeksi virus varisela-zoster untuk pertama kali, maka akan timbul penyakit cacar air. Setelah sembuh, virus tersebut tidaklah musnah seluruhnya dari tubuh penderita, melainkan berdiam di dalam tubuh penderita, tepatnya di ganglion saraf tepi penderitanya. Virus yang berdiam dalam tubuh penderita ini dapat sewaktu-waktu muncul kembali dan menyebabkan penyakit yang dinamai Herpes Zoster. Walaupun di dalam tubuhnya terdapat virus ini, namun kebanyakan orang memang tidak mengalami penyakit Herpes Zoster. Hal ini disebabkan daya tahan tubuh yang baik yang dapat menekan virus ini berkembang. Sebaliknya, pada orang yang daya tahannya sedang menurun, tak jarang penyakit ini tiba-tiba muncul menyerang.
Istilah cacar monyet memang relatif tidak sepopuler istilah cacar lainnya yang telah disebutkan di atas. Penyakit ini nama ilmiahnya adalah impetigo bulosa, atau ada pula yang menamakan impetigo vesikulo-bulosa. Berbeda dengan jenis cacar lainnya yang disebabkan karena infeksi virus, cacar monyet ini disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus. Secara klinis, penderita tidak mengalami demam ataupun gejala umum seperti pada cacar air ataupun herpes zoster. Gejala yang didapatkan adalah adanya gelembung yang munculnya terutama di ketiak, dada, dan punggung. Gelembung yang muncul ini cepat pecah dan jumlahnya tidak begitu banyak, namun kerap kali disertai pula oleh miliaria (biang keringat).
Penanggulangan Cacar dapat dilakukan dengan vaksinasi dalam waktu tiga hari setelah terinfeksi akan mencegah atau secara signifikan mengurangi keparahan gejala cacar di sebagian besar orang. Vaksinasi empat sampai tujuh hari setelah terinfeksi dapat menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat memodifikasi keparahan penyakit. Selain vaksinasi, pengobatan cacar, seperti perawatan luka dan pengendalian infeksi, terapi cairan, dan bantuan ventilator.
BAB III
KESIMPULAN
Poxvirus merupakan virus lengkap yaitu virion dan dari inti asam nukleat yang dikelilingi lapisan protein yang bersifat antigenik yang disebut dengan kapsid dan terdapat selubung luar (envelope) yang terdiri dari protein dan lipid. Poxvirus ini berasal dari family poxviridae, merupakan penyakit penyebab cacar. Biasanya terjadi infeksi pada kulit. virus ini menyebar dari orang ke orang dengan menyentuh kulit yang terkena.
Penanggulangan Cacar dapat dilakukan dengan vaksinasi dalam waktu tiga hari setelah terinfeksi akan mencegah atau secara signifikan mengurangi keparahan gejala cacar di sebagian besar orang. Vaksinasi empat sampai tujuh hari setelah terinfeksi dapat menawarkan beberapa perlindungan dari penyakit atau dapat memodifikasi keparahan penyakit. Selain vaksinasi, pengobatan cacar, seperti perawatan luka dan pengendalian infeksi, terapi cairan, dan bantuan ventilator.









SUMBER

Tidak ada komentar:

Posting Komentar