A.
Berdasarkan
Landasan Teori
1.
Direct
Instruction (DI)
Model Direct Instruction merupakan suatu pendekatan
mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan
memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan
mengajar ini sering disebut model pengajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000 :
2).
Secara historis, beberapa aspek model pembelajaran
langsung banyak diterapkan dan dikembangkan dalam prosedur pelatihan-pelatihan
oleh dunia kemiliteran dan industri. Pengembangan model pembelajaran langsung
dilandasi oleh latar belakang teoritik dan emperik tertentu. Diantaranya adalah
ide-ide dan bidang analisis sistem. Teori pemodelan social dan perilaku, serta
hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan fungsinya.
·
Analisis
Sistem
Dalam sebuah proses pembelajaran sebgai
suatu system, analisis system menekan pada bagaimana pengorganisasian
pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana menguraikan secara sistematik
keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi komponen-komponen sehingga dapat
diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie Briggs (1987) mengemukakan
pandangannya tentang hal ini “pengajaran yang dirancang secara sistematik akan
berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan
mengemukakan, bahwa pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya
untuk memberikan kesempatan kepada siswa memproleh lingkungan belajar yang
menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri tanpa
adanya paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang
keliru. Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka. Mungkin sekali
membawa perkembangan banyak individu oleh karena satu dan lain hal menajdi
tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dan kehidupan masyarakat
sekarang atau masa yang akan dating”
·
Teori
Pemodelan Tingkah Laku
Teori belajar yang banyak memberikan
sumbangannya pada model pembelajaran langsung adalah teori belajar social atau
belajar melalui observasi yang menurut Arend disebut teori pemodelan tingkah
laku. Teori ini mencoba menggunakan mekenisme observasi dan penguatan dan
pengamatan konsekuensi-konsekuensi perilaku orang lain untuk menjelaskan
perolehan bermacam-macam perilaku social seperti agresi dan kerjasama.
2.
Problem
Based Instruction (PBI)
Menrut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan
masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan
permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka
sendiri,mengembangkan inkuiri dan
keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan
percaya diri. PBI berlandaskan pada pada psikologi kognitif. Focus pengajaran
tidak begitu menekan kepada apa yang sedang dilakukan siswa (prilaku siswa)
melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi) pada saat mereka lakukan
kegiatan itu. Oleh karena itu peran utama guru pada PBI adalah membimbing dan
memfasilitasi sehingga siswa dapat belajar berpikir dan memcahkan masalah oleh
mereka sendiri.
PBI berlandaskan pada psikologi kognitif. Focus
pengajaran tidak begitu menekankan kepada apa yang dilakukan siswa (prilaku
siswa) melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi) pada saat mereka
melakukan kegiatan itu. Oleh karena itu peran utama guru pada PBI membimbing
dan memfasilitasi sehingga siswa dapat belajar berpikir dan memecahkan masalah
oleh mereka sendiri.
PBI
dilandasi oleh beberapa pikiran ahli, yaitu sebagai berikut :
·
John
Dewey dan Kelas Demokrasi
Akar intelektual
pembelajaran PBI adalah penelitian jhon deway. Dalam tulisnya yang berjudul
demokrasi dan pendidikan (1916), dewey mengemukakan pandangan bahwa sekolah
seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan
laboratorium untuk pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan nyata. Dewey
menganjunjarkan agar guru memberi dorongan kepada siswanya terlibat dalam
proyek atau tugas-tugas berorientasi masalah
dan membantu mereka menyelidiki masalahnya.
·
Kill
Patrick (1918)
Mengemukakan bahwa
pembelajaran disekolah seharusnya bermanfaat dan tidak abstrak. Agar
pembelajaran itu bermanfaat serta nyata, seharusnya siswa terlibat
menyelesaikan proyek yang menarik da merupakan pilihan mereka sendiri.
·
Piaget,
Vygotsky dan Kontruktivisme
Piaget menjelaskan
bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tau bawaan secara terus menerus berusaha
memahami dunia sekkitarnya. Rasa ingin tahu ini merut piaget, memotivasi mereka
untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati.
PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori piaget ini.
·
Bruner
dan Pembelajaran Penemuan
Teori pendukung penting
yang dikemukakan oleh bruner terhadap PBI adalah pembelajaran penemuan.
Pembelajaran penemuan adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu
siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Bruner yakin
pentingnya siswa terlibat didalam pembelajaran dan dia meyakini bahwa
pembelajaran yang rerjadi sebenarnya melalui penemuan pribadi. Menerut bruner
tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya pengetahuan siswa tetapi
juga menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk penemuan siswa.
Pembelajaran ini
diterapkan dalam sains dan ilmu social, dikenal dengan penalaran induktif dan proses-proses inkuiri yang merupakan ciri
metode ilmiah. Konsep lain bruner adalah scaffolding yang didefinisikan sebagai
seseorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas
perkembangannya melalui bantuan dari seorang guru atau orang lain yang memiliki
kemapuan lebih.
1.
Teori Belajar Piaget
Piaget merupakam salah satu pioner
konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengatahuannya dari
pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dengan pandangan piaget, pengetahuan
datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada
seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan
lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku
sebagai pemberi informasi.
Piaget menjacarkan implikasi teori
kognitif pada pendidikan yaitu 1) memutuskan perhatian kepada cara berpikir
atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Guru harus memahami
proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut. Pengalaman-pengalaman belajar yangsesuai di
kembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh
perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan
tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan
pengalamanyang dimaksud, 2)mengutamakan peran siswa dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan
aktif dalam kegiatan belajar . dalam kelas, piaget menekankan bahwa pengarajan
pengetahuan jadi (ready mafe knowledge) anak didorong menentukan sendiri
pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan
adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori mengasumsikan
bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan dan perkembangan yang sama,
namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru
harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari
individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada
aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling
berinteraksi. Menurut piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari
untuk perkembangan penelaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara
langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Perkembangan kognitif sebagaian besar ditentukan
oleh manipulasi dan interaksi akitf anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang
dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalan fisik dan manipulasi
lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa
interaksi sosial dengan temen sebaya. Khususnya beragumentasi dan berdiskusi
membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi
itu menjadi lebih logis (Nur,1998).
Teori perkembangan piaget mewakili
kontruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai sebagai suatu
proses dimana anak secara aktif membangun system makna dan pemahaman realitas
melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Menurut teori piaget, setiap individu
pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia
dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat
perkembangan kognitif itu adalah.
1). Sensori motor (usia 0-2 tahun)
2). Pra operasional (usia 2-7 tahun)
3). Operasional kongkrit (usia 7-11)
4). Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa)
2.
Teori
Belajar Vygostky
Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky.
Sumbangan penting teori Vygostky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran
sosialkulture. Inti teori Vygostky adalah menekankan interkasi anatara aspek
“internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekananan pada lingkungan
sosial pembelajaran. Menurut teori Vygostky, fungsi kognitif berasal dari
interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygostky juga
yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang
belum dipelajari namunn tugas-tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antra tingkat perkembagan
sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri
dan tingkat kemampuan perkembangan sosial yang diitunjukkan dalam kemampuan
pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu.
Teori Vygostky yang lain adalah “scaffolding”. Scaffolding adalah
memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal
pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebutdan memberikan kesempatan
kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera
setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa
petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang
memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygostky menajabarkan implikasi utama
teori pembelajaran yaitu 1) menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga
siswa dapat saling berinteraksi dan saling memuncukan strategi-strategi
pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka, 2) pendekatan Vygostky dalam pembelajaran menekankan scaffolding.
Jadi teori belajar Vygostky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga
sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran
kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dan antara
siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah.
3.
Cooperative
Learning (CL)
Pendidikan merupakan sarana terpenting
untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan
merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat
manusia. Pendidikan yang bermutu memerlukan metode dan strategi pembelajaran
yang menjamin keberhasilan pendidikan. Pembelajaran yang baik harus lebih melibatkan
keaktifan siswa. Namun, sejauh ini proses pembelajaran disekolah masih
didominasi oleh sebuah paradigm yang menyatakan bahwa sebuah pengetahuan
merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Disamping itu, situasi
kelas sebagian besar masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan,
serta penggunaan metode ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar
mengajar. Oleh karena itu perlunya peningkatan kualitas pembelajaran dengan
strategi, model, dan metode pembelajaran yang sudah ada. Seiring dengan
perkembangan zaman proses pembelajaran saat ini memerlukan sebuah strategi
belajar mengajar baru yang lebih menekankan pada partisifasi siswa (student
oriented). Pada akhirnya siswa tidak hanya menerima apa yang disampaikan oleh
guru, akan tetapi juga mengetahui dan memahami makna dari materi yang diterima.
Salah satu metode pembelajaran yang sesuai untuk menuju paradigma baru diatas
yaitu pembelajaran kooperatif. Dengan adanya pembelajaran kooperatif yang
memandang siswa sebagai pelajar yang mampu untuk menularkan hasil belajarnya
kepada pihak lain, maka hal tersebut menjadikan siswa menjadi sosok yang ahli
dalam bidang yang telah dipelajarinya. Menurut Vygostky, implikasi utama dalam
pembelajaran menghendaki pengaturan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif,
dengan siswa berinteraksi dan saling
memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif pada masing-masing
zona perkembangan terdekat mereka.
Muslimin Ibrahim (2000 : 2) dalam syam
(2008) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah merupakan metode
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yangmemiliki kemampuan
heterogen. Sedangkan menurut Slavin (1997), dalam wahab (2009), pembelajaran
kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfokuskan pada pengaruh-pengaruh
pengajaran seperti pembelajaran akademik, khususnya menumbuhkan penerimaan
antar kelompok serta keterampilan sosial antar kelompok.
4.
Contekstual
Teaching And Learning (CTL)
Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran
yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat
menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan
nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka. Contextual Teaching and Learning (CTL) dipengaruhi oleh filsafat
konstruktivisme yang berpandangan bahwa hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep
tentang proses belajar, karena beajar bukanlah sekedar menghafal akan tetapi mengonstruksi pengetahuan
melelui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain
seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang dilakukan setiap
individu. Pembelajaran interaktif memiliki dua karakteristik yaitu pertama
proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya
menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa
dalam proses berfikir. Kedua, dalam
proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab
terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan
berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu
siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
B.
Berdasarkan
Sasaran / Tujuan Pembelajaran
1.
Direct
Instruction (DI)
Direct instruction dirancang khusus untuk menunjang
proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan
procedural yang tersusun dengan baik.
2.
Problem
Based Instruction (PBI)
PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan
intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa dengan melibatkan mereka dalam
pengalaman nyata atau stimulasi. PBI juga membuat siswa menjadi pembelajar yang
otonom, mandiri. Secara terinci tujuan PBI adalah sebagai berikut :
Ø Keterampilan
berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Kerja sama yang dilakukan dalam
PBI, mendorong munculnya berbagai keterampilan inkuiri dan dialog dengan
demikian akan berkembang keterampilan sosial dan berpikir.
Ø Permodelan
Peranan Orang Dewasa
Ø Pembelajar
Otonom dan Mandiri
3.
Cooperative
Learning (CL)
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai stidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran (tim penyusun,2007), yaitu:
Ø Hasil
belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk
meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif
dapat memeberikan keuntungan baik siswa kelompok bawah maupun atas yang bekerja
sama menyelesaikan tugas akademik.
Ø Penerimaan
terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberikan
peneromaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kemampuan
maupun ketidakmampuan serta untuk menghargai satu sama lain.
Ø Pengembangan
keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif mengajarkan
siswa untuk keterampilan kerja sama. Pembelajaran ini saling membantu siswa
memahami konsep sulit, model pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu
siswa menumbuhkan kemampuan untuk kerja sama.
4.
Contekstual
Teaching And Learning (CTL)
Tujuan contekstual
teaching and learning :
a. CTL
bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya
proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses
belajar dalam conteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
b. CTL
mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari
dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap
hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini
sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara
fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam
memori siswa, sehingga tidak akan mudah untuk dilupakan.
c. CTL
bertujuan mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya
CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya,
akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di
otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi
kehidupan nyata.
C.
Berdasarkan
Sintaks atau Perilaku
1.
Direct
Instruction (DI)
Tidak ada model dan strategi yang paling baik dan
paling jelek masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya
tergantung pada situasi, kondisi, atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan
model pembelajaran langsung.model ini sebenarnya dapat diterapkan dibidang
studi apapun, namun yang paling sesuai adalah untuk mengajarkan mata pelajaran
yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca,
matematika, musik, pendidikan olah raga dan lain-lain. Apabila informasi atau
keterampilan yang akan diajarkan struktur dengan baik dan dapat diajarkan
selangkah demi selangkah, model pembelajaran langsung sangat cocok
dipergunakan. Model pembelajaran langsung kurang cocok untuk mengajarkan
keterampilan sosial atau kreatifitas, proses berpikir tinggi dan abstrak.
Sintaks model pengajaran langsung disajikan dalam 5
(lima) tahap, seperti ditunjukkan pada table berikut ini :
Tabel 1.
Tahapan-Tahapan Model Pengajaran Langsung
Fase
|
Peran
guru
|
Fase
1
Menyampaikan
tujuan dan mempersiapkan siswa
|
Guru
menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran,
pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
|
Fase
2
Mendemonstrasikan
pengetahuan dan keterampilan
|
Guru
mendemonstrasikan keterampilan dengan bener, atau menyajikan informasi tahap
demi tahap.
|
Fase
Membimbing
pelatihan
|
Guru
merencanakan dan member bimbingan pelatihan awal
|
Fase
4
Mengecek
pemehaman dan memberikan umpan balik
|
Mengecek
apakah siswa telah berhasil melakukas tugas dengan baik, member umpan balik.
|
Fase
5
Memberikan
kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
|
Guru
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjuytan, dengan perhatian
khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan
sehari-hari.
|
Langkah-langkah pembelajaran model
pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum.
Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
a. Menyiapkan dan memotivasi siswa,
tujuan langkah ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta
memotivasi mereka untuk berperan serta dalam dalam pelajaran itu.
b. Menyiapkan tujuan, siswa
perlu mengetauhui dengan jelas mengapa mereka berpartisipasi dalam pelajarn
tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan
setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.
c. Presentasi dan Demonstrasi, fase
ini merupakan fase kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau
demonstrasi pengetrahuan dan keterampilan. Kunci kebrhasilan kegiatan
demonstran adalah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan
mengikuti pola-pola demonstrasi yang
efektif.
d. Mencapai kejelasan, hasil-hasil penelitian secara konsisten
menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan
spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar
mengajar.
e. Melakukan demonstrasi, pengajaran
langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari
(hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru
tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar
melalui “trial and error”.
f. Mencapai pemahaman dan penguasaan,
untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang bener dan bukan
sebaliknya, guru perlu bener-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap
tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala
sesuatu yang didemonstrasikan juga bener.
g. Berlatih, agar
dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan bener diperlukan latihan yang intensif,
dan memmperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang akan
didemonstrasikan.
h. Memberikan latihan terbimbing, salah
satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan
melaksanakan “pelatihan terbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam
pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat berlangsung dengan lancer, dan
memungkinkan siswa menerpkan konsep/ketrampilan pada situasi yang baru.
2.
Problem
Based Instruction (PBI)
PBI terdiri dari lima tahap utama, yang dimulai
dengan guru mengorientasikan siswa kepada situasi masalah yang autentik dan diakhiri dengan penyajian karya. Jika
jangkaun masalahnya sedang-sedang saja, kelima tahapan tersebut dapat
diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan. Namun masalah yang kompleks
mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya.
Tabel
Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
|
Tingkah
laku guru
|
Tahap-1
Orientasi siswa kepada masalah
|
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran,
menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi
arau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam
pemecahan masalah yang dipilihnya.
|
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
|
Mengorganisasi tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut
|
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual
maupun kelompok
|
Guru mendorong siswa untuk mengumpul
informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan
dan pemecahan masalah
|
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil
karya
|
Guru membantu siswa dalam merencanakan
dan menyiapkam karya yang sesuai seperti laporan, video, medel dan membantu
mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
|
Tahap-5
Menganalisa dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah
|
Guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang
mereka gunakan
|
3.
Cooperative
Learning (CV)
Table
Sintaks Pembelajaran Kooperative
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase
1:
Menyampaikan
tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru
menyampaikan semua tujuan pelajaran
yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa
belajar.
|
Fase
2:
Menyajikan
informasi
|
Guru
menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan
bacaan.
|
Fase
3:
Mengorganisasikan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
|
Guru
menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan
membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien
|
Fase
4:
Membimbing
kelompok bekerja dan belajar
|
Guru
membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas
mereka.
|
Fase
5:
Evakuasi
|
Guru
mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau
masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
|
Fase
6:
Memberikan
penghargaan
|
Guru
mencari cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu kelompok
|
4.
Contekstual
Teaching and Learnig (CTL)
Table
Sintaks Contekstual Teaching and Learning
Tahap
|
Tingkah Laku Guru
|
Tahap 1
Pembelajar berbasis
masalah
|
Guru meminta siswa
mengobservasi suatu fenomena, mencatat permasalahan yang muncul, guru
merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah, mengarahkan
siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi.
|
Tahap 2
Memanfaatkan lingkungan
siswa untuk memperoleh pengalaman siswa.
|
Guru memberikan tugas
yang dapat dilakukan di berbagai lingkungan siswa agar siswa dapat memperoleh
pengalaman langsung tentang apa yang mereka pelajari.
|
Tahap 3
Memberikan aktivitas kelompok
|
Guru menyusun
kelompok yang dapat memperluas perspektif dan membangun kecakapan
interpersonal siswa.
|
Tahap 4
Membuat aktivitas
belajar mandiri
|
Guru hanya sebagai
fasilitator saja, siswa yang lebih aktif mencari, menganalisis, menggunakan
informasi dengan menerapkan strategi pemecahan masalah yang didahului uji
coba terlebih dahulu dan menyusun refleksi.
|
Tahap 5
Membuat aktifitas
belajar bekerja sama dengan masyarakat
|
Guru/Sekolah
melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus
untuk menjadi guru tamu agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara
langsung.
|
Tahap 6
Menerapkan penilian
autentik
|
Guru melakukan
penilian dengan tugas portofolia, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan
tertulis.
|
D. Berdasarkan Lingkungan (Sumber
Belajar)
1.
Direct
Instruction (DI)
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan
pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru agar efektif, pengajaran
langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefenisikan secara
secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direrncanakan dan
dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur, 2000 : 8)
Menerut Kardi dan Nur (2000 : 8-9), meskipun tujuan
pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh gur dan siswa, model ini terutama
berpusat pada guru. System pengolahan pemebelajaran yang dilakukan oleh guru
harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan, mendengarkan,
dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini berarti bahwa lingkungan
berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil
belajar dengan baik. Sumber yang digunakan pada pengajaran langsung antara lain
buku panduan yang relevan, dapat juga menggunakan alat demonstrasi yang sesuai
dengan materi pelajaran, seperti mikroskop.
2.
Problem
Based Instruction (PBI)
Tidak seperti
lingkungan belajar yang tersetruktur secara ketat yang dibutuhkan untuk
pelajaran langusung penggunaan yang hati-hati kelompok kecil pada pemebelajaran
kooperatif, lingkungan belajar dan system managemen pada PBI dicirikan oleh:
terbuka, proses demokrasi, dan peran siswa aktif. Dalam kenyataan, keseluruhan
proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya
pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif
dalam lingkungan berorientasi inquiri yang aman secara intelektual. Meskipun
guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBI yang terstuktur dan dapat dipresiksi,
norma disekitar pelajaran adalah norma inquiri terbuka dan bebas mengemukakan
pendapat. Lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa bukan guru.
3.
Cooperative
Learning (CL)
Pada pembelajaran cooperative, proses belajar
dilakukan dalam lingkungan yang heterogen, khususnya dalam kelompok kecil. Hal
ini dilakukan karena dalam lingkungan yang heterogen member kesempatan untuk
saling mengajar dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi antar
ras, agama, etnik, memudahkan pengelolaan kelas, karena dengan adanya satu
orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru bias mendapatkan satu asisten
yang menjadi tutor sebaya. Sumber belajarnnya dapat diproleh dari buku panduan,
LKS dari guru, serta sarana dan prasarana yang sesuai dan mendukung dengan
materi pelajaran.
4.
Contekstual
Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual
dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (leraning is real life setting) yang
dapat dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan
pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata. Pembelajaran ini
juga mengembangkan pemikiran bahwa belajar akan lebih bermakna apabila siswa
bekerja sendiri, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan
barunya, yang sangat membutuhkan lingkungan dapat menciptakan rasa kebersamaan,
saling memahami, lingkungan belajar yang efektif, kreatif, dan situasi yang
menyenangkan. Sumber bekajar yang dibutuhkan yaitu yang terpenting adalah
pengalaman/kehidupan sehari-hari siswa yang dapat berkaitan dengan materi
pembelajaran, buku-buku acuan yang relevan, LKS yang berisi permasalahan yang
harus dipecahkan siswa, dan sebagainya.
E.
Berdasarkan
Hasil Belajar
1.
Direct
Instruction (DI)
Siswa
dapat memahami materi pelajaran secara menyeluruh, karena guru menyampaikan
materi dari dasar dan dilakukan secara urut, selangkah demi selangkah.
2.
Problem
Based Instruction (PBI)
Siswa dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri,
mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir lebih tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri.
3.
Cooperative
Learning (CL)
Siswa mampu bekerja dalam kelompok yang heterogen
sehingga kemampuan berinteraksi menigkat, siswa dapat memahami konsep-konsep
yang sulit, siswa menjadi lebih aktif dalam berpartisifasi dalam mengeluarkan
pendapat.
4.
Contekstual
Teaching and Learning (CTL)
Siswa dapat menghubungkan antara materi pelajaran
dengan peristiwa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari/ kehidupan nyata yang
dialaminya, sehingga siswa dapat mengerjakan tugas-tugas yang bermakna, siswa dapat lebih aktif, kreatif,
kritis dan mampu bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah,
sehingga siswa bukan hanya menghafal saja tetapi mampu melakukan praktik.
F.
Berdasarkan
Kelebihan Dan Kekurangan
1.
Direct
Instruction (DI)
Kelebihan:
a. Adanya
kontak langsung antara guru dengan siswa
b. Membantu
siswa menguasai keterampilan dasar
c. Siswa
mendapatkan informasi yang jelas dan bertahap
Kekurangan:
a. Siswa
mudah bosan
b. Pembelajaran
berlangsung secara menoton
c. Kurangnya
komunikasi interaktif
d. Kurang
cocok diterapkan untuk keterampilan sosial atau kreativitas
e. Hanya
dapat memahami oleh siswa yang memiliki proses berpikir yang tinggi dan abstrak
2.
Problem
Based Instruction (PBI)
Kelebihan:
a. Adanya
kerja sama dalam mengerjakan tugas sehingga siswa dapat saling membantu dan
bertukar pikiran
b. Terjadi
pengamatan dan dialog dengan orang lain (adanya interaksi)
Kekurangan;
-
3.
Cooperative
Learning (CL)
Kelebihan:
a. Dapat
mengembangkan hubungan antar pribadi positif diantara siswa uang memiliki
kemampuan belajar berbeda
b. Menerapkan
bimbingan sesama teman
c. Rasa
harga diri siswa yang lebih tinggi
d. Penerimaan
terhadap perbedaan individu lebih besar
e. Sikap
apatis berkurang
f. Meningkatkan
motivasi belajar
g. Membantu
siswa memahami konsep-konsep yang sulit
h. Melatih
kemampuan siswa untuk mengeluarkan pendapat
i.
Siswa aktif berperan sebagai tutor
sebaya
j.
Menigkatkan kebaikan budi, kepekaan dan
toleransi
k. Model
pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan da;am system kompetisi dan
ketersaingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif
l.
Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap
yang lebih positif.
Kelemahan:
Peralihan
dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang
berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga
dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
4.
Contekstual
Teaching and Learning (CTL)
Kelebihan:
a. Dapat
membantu guru dan siswa mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi
dunia nyata siswa
b. Mendorong
siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan
dalam kehidupan sehari-hari
c. Siswa
dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia
belajar
d. Siswa
bukan hanya menghafal, tapi juga melakukan praktik.
Kelemahan:
-
Catatan:
Pada
dasarnya, setiap model pembelajaran disusun untuk mendukung keberhasilan dari
proses belajar atau mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga tidak ada satu model
yang dikatakan lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Semua itu tergantung
dari bagaimana teknik pelaksanaan dan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh
guru yang bersangkutan, dan dipengaruhi juga oleh kondisi siswa dan tersedianya
sarana dan prasarana serta lingkungan belajar.
DAFTAR PUSTAKA
Andayani, S. 2007. Peranan Kooperatif Teknik STAD Dalam Pembelajaran Matematika. Online:
Http://www.google.co.id (diakses 14 Mei 2009)
Anonim.
2000. Model-Model Pengajaran Dalam
Pembelajaran Sains. Bandung : Kaifa.
Anonim.2009. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction).dikutip dari http//:kenreguru.blogspot.com
pada 5 maret 2010
Dzaki,
M.2006. Pembelajaran Kooperatif. Online:http://www.google.co.id
(diakses:13 Mei 2009)
Faiq, M. 2009. Model Pengajaran Langsung. Dikutip dari http://tindakanpenelitiankelas.blogspot.com
pada tanggal 10 maret 2010.
Ibrahim,
Muslim. 2000. Pembelajaran Berdasarkan
Masalah. Surabara : University press.
Kardi,
S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung.
Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Muslich, M.2009. KTSP Pembelajaran Berbasis
Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana,
D. 2001. Metode dan Tehnik Pembelajaran
Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Tim
penyusun. 2007. Handout Strategi
Pembelajaran. Mataram: Universitas Mataram.
ANGKET
MODEL STRATEGI DAN MODEL
PEMBELAJARAN
NAMA
SEKOLAH :
MATA
PELAJARAN :
KELAS/SEMESTER :
STANDAR
KOMPETENSI :
KOMPETENSI
DASAR :
Mataram, April 2011
Mengetahui,
Guru mata pelajaran
…………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar