Senin, 04 Juni 2012

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION (DI), PROBLEM BASED INSTRUCTION (PBI), COOPERATIVE LEARNING (CL), DAN CONTEKSTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)



A.    Berdasarkan Landasan Teori
1.      Direct Instruction (DI)
Model Direct Instruction merupakan suatu pendekatan mengajar yang dapat membantu siswa dalam mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Pendekatan mengajar ini sering disebut model pengajaran langsung (Kardi dan Nur, 2000 : 2).
Secara historis, beberapa aspek model pembelajaran langsung banyak diterapkan dan dikembangkan dalam prosedur pelatihan-pelatihan oleh dunia kemiliteran dan industri. Pengembangan model pembelajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoritik dan emperik tertentu. Diantaranya adalah ide-ide dan bidang analisis sistem. Teori pemodelan social dan perilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan fungsinya.
·         Analisis Sistem 
Dalam sebuah proses pembelajaran sebgai suatu system, analisis system menekan pada bagaimana pengorganisasian pengetahuan dan keterampilan, dan bagaimana menguraikan secara sistematik keterampilan kompleks dan ide-ide menjadi komponen-komponen sehingga dapat diajarkan secara berurutan. Gagne dan Leslie Briggs (1987) mengemukakan pandangannya tentang hal ini “pengajaran yang dirancang secara sistematik akan berpengaruh besar terhadap perkembangan individu. Beberapa pakar pendidikan mengemukakan, bahwa pendidikan akan menjadi paling baik jika dirancang hanya untuk memberikan kesempatan kepada siswa memproleh lingkungan belajar yang menunjang dan berkembang sesuai dengan kemampuan dan aktifitasnya sendiri tanpa adanya paksaan apapun. Kita menganggap hal tersebut merupakan pandangan yang keliru. Pembelajaran yang tidak diarahkan, menurut mereka. Mungkin sekali membawa perkembangan banyak individu oleh karena satu dan lain hal menajdi tidak kompeten dalam mencapai kepuasan pribadi dan kehidupan masyarakat sekarang atau masa yang akan dating”
·         Teori Pemodelan Tingkah Laku
Teori belajar yang banyak memberikan sumbangannya pada model pembelajaran langsung adalah teori belajar social atau belajar melalui observasi yang menurut Arend disebut teori pemodelan tingkah laku. Teori ini mencoba menggunakan mekenisme observasi dan penguatan dan pengamatan konsekuensi-konsekuensi perilaku orang lain untuk menjelaskan perolehan bermacam-macam perilaku social seperti agresi dan kerjasama.
2.      Problem Based Instruction (PBI)
Menrut Arends (1997), pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyusun pengetahuan mereka sendiri,mengembangkan inkuiri  dan keterampilan berpikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri. PBI berlandaskan pada pada psikologi kognitif. Focus pengajaran tidak begitu menekan kepada apa yang sedang dilakukan siswa (prilaku siswa) melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi) pada saat mereka lakukan kegiatan itu. Oleh karena itu peran utama guru pada PBI adalah membimbing dan memfasilitasi sehingga siswa dapat belajar berpikir dan memcahkan masalah oleh mereka sendiri.
PBI berlandaskan pada psikologi kognitif. Focus pengajaran tidak begitu menekankan kepada apa yang dilakukan siswa (prilaku siswa) melainkan kepada apa yang mereka pikirkan (kognisi) pada saat mereka melakukan kegiatan itu. Oleh karena itu peran utama guru pada PBI membimbing dan memfasilitasi sehingga siswa dapat belajar berpikir dan memecahkan masalah oleh mereka sendiri.


PBI dilandasi oleh beberapa pikiran ahli, yaitu sebagai berikut :
·         John Dewey dan Kelas Demokrasi
Akar intelektual pembelajaran PBI adalah penelitian jhon deway. Dalam tulisnya yang berjudul demokrasi dan pendidikan (1916), dewey mengemukakan pandangan bahwa sekolah seharusnya mencerminkan masyarakat yang lebih besar dan kelas merupakan laboratorium untuk pemecahan masalah yang ada dalam kehidupan nyata. Dewey menganjunjarkan agar guru memberi dorongan kepada siswanya terlibat dalam proyek atau tugas-tugas berorientasi masalah  dan membantu mereka menyelidiki masalahnya.
·         Kill Patrick (1918)
Mengemukakan bahwa pembelajaran disekolah seharusnya bermanfaat dan tidak abstrak. Agar pembelajaran itu bermanfaat serta nyata, seharusnya siswa terlibat menyelesaikan proyek yang menarik da merupakan pilihan mereka sendiri.
·         Piaget, Vygotsky dan Kontruktivisme
Piaget menjelaskan bahwa anak kecil memiliki rasa ingin tau bawaan secara terus menerus berusaha memahami dunia sekkitarnya. Rasa ingin tahu ini merut piaget, memotivasi mereka untuk aktif membangun pemahaman mereka tentang lingkungan yang mereka hayati. PBI dikembangkan berdasarkan kepada teori piaget ini.
·         Bruner dan Pembelajaran Penemuan
Teori pendukung penting yang dikemukakan oleh bruner terhadap PBI adalah pembelajaran penemuan. Pembelajaran penemuan adalah suatu model pengajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu. Bruner yakin pentingnya siswa terlibat didalam pembelajaran dan dia meyakini bahwa pembelajaran yang rerjadi sebenarnya melalui penemuan pribadi. Menerut bruner tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk penemuan siswa.
Pembelajaran ini diterapkan dalam sains dan ilmu social, dikenal dengan penalaran induktif  dan proses-proses inkuiri yang merupakan ciri metode ilmiah. Konsep lain bruner adalah scaffolding yang didefinisikan sebagai seseorang siswa dibantu menuntaskan masalah tertentu melampaui kapasitas perkembangannya melalui bantuan dari seorang guru atau orang lain yang memiliki kemapuan lebih.
1.      Teori  Belajar Piaget
Piaget merupakam salah satu pioner konstruktivis, ia berpendapat bahwa anak membangun sendiri pengatahuannya dari pengalamannya sendiri dengan lingkungan. Dengan pandangan piaget, pengetahuan datang dari tindakan, perkembangan kognitif sebagian besar bergantung kepada seberapa jauh anak aktif memanipulasi dan aktif berinteraksi dengan lingkungannya. Dalam hal ini peran guru adalah sebagai fasilitator dan buku sebagai pemberi informasi.
Piaget menjacarkan implikasi teori kognitif pada pendidikan yaitu 1) memutuskan perhatian kepada cara berpikir atau proses mental anak, tidak sekedar pada hasilnya. Guru harus memahami proses yang digunakan anak sehingga sampai pada hasil tersebut.  Pengalaman-pengalaman belajar yangsesuai di kembangkan dengan memperhatikan tahap fungsi kognitif dan jika guru penuh perhatian terhadap pendekatan yang digunakan siswa untuk sampai pada kesimpulan tertentu, barulah dapat dikatakan guru berada dalam posisi memberikan pengalamanyang dimaksud, 2)mengutamakan peran siswa  dalam berinisiatif sendiri dan keterlibatan aktif dalam kegiatan belajar . dalam kelas, piaget menekankan bahwa pengarajan pengetahuan jadi (ready mafe knowledge) anak didorong menentukan sendiri pengetahuan itu melalui interaksi spontan dengan lingkungan, 3) memaklumi akan adanya perbedaan individu dalam hal kemajuan perkembangan. Teori mengasumsikan bahwa seluruh siswa tumbuh dan melewati urutan dan perkembangan yang sama, namun pertumbuhan itu berlangsung pada kecepatan berbeda. Oleh karena itu guru harus melakukan upaya untuk mengatur aktivitas di dalam kelas yang terdiri dari individu-individu ke dalam bentuk kelompok-kelompok kecil siswa daripada aktivitas dalam bentuk klasikal, 4) mengutamakan peran siswa untuk saling berinteraksi. Menurut piaget, pertukaran gagasan-gagasan tidak dapat dihindari untuk perkembangan penelaran. Walaupun penalaran tidak dapat diajarkan secara langsung, perkembangannya dapat disimulasi.
                        Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Perkembangan kognitif sebagaian besar ditentukan oleh manipulasi dan interaksi akitf anak dengan lingkungan. Pengetahuan datang dari tindakan. Piaget yakin bahwa pengalaman-pengalan fisik dan manipulasi lingkungan penting bagi terjadinya perubahan perkembangan. Sementara itu bahwa interaksi sosial dengan temen sebaya. Khususnya beragumentasi dan berdiskusi membantu memperjelas pemikiran yang pada akhirnya memuat pemikiran itu menjadi itu menjadi lebih logis (Nur,1998).
Teori perkembangan piaget mewakili kontruktivisme, yang memandang perkembangan kognitif sebagai sebagai suatu proses dimana anak secara aktif membangun system makna dan pemahaman realitas melalui pengalaman-pengalaman dan interaksi-interaksi mereka.
Menurut teori piaget, setiap individu pada saat tumbuh mulai dari bayi yang baru dilahirkan sampai menginjak usia dewasa mengalami empat tingkat perkembangan kognitif. Empat tingkat perkembangan kognitif itu adalah.
                                    1). Sensori motor (usia 0-2 tahun)
                                    2). Pra operasional (usia 2-7 tahun)
                                    3). Operasional kongkrit (usia 7-11)
                                    4). Operasi formal (usia 11 tahun hingga dewasa)
2.      Teori Belajar Vygostky
Tokoh kontruktivis lain adalah Vygotsky. Sumbangan penting teori Vygostky adalah penekanan pada hakekatnya pembelajaran sosialkulture. Inti teori Vygostky adalah menekankan interkasi anatara aspek “internal” dan “eksternal” dari pembelajaran dan penekananan pada lingkungan sosial pembelajaran. Menurut teori Vygostky, fungsi kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya. Vygostky juga yakin bahwa pembelajaran terjadi saat siswa bekerja menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namunn tugas-tugas itu berada dalam “zone of proximal development” mereka. Zone of proximal development adalah jarak antra tingkat perkembagan sesungguhnya yang ditunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah secara mandiri dan tingkat kemampuan perkembangan sosial yang diitunjukkan dalam kemampuan pemecahan masalah dibawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu.
Teori Vygostky yang lain adalah “scaffolding”. Scaffolding adalah memberikan kepada seseorang anak sejumlah besar bantuan selama tahap-tahap awal pembelajaran dan kemudian mengurangi bantuan tersebutdan memberikan kesempatan kepada anak tersebut mengambil alih tanggung jawab yang semakin besar segera setelah ia mampu mengerjakan sendiri. Bantuan yang diberikan guru dapat berupa petunjuk, peringatan, dorongan menguraikan masalah ke dalam bentuk lain yang memungkinkan siswa dapat mandiri.
Vygostky menajabarkan implikasi utama teori pembelajaran yaitu 1) menghendaki setting kelas kooperatif, sehingga siswa dapat saling berinteraksi dan saling memuncukan strategi-strategi pemecahan masalah yang efektif dalam masing-masing zone of proximal development mereka, 2) pendekatan Vygostky  dalam pembelajaran menekankan scaffolding. Jadi teori belajar Vygostky adalah salah satu teori belajar sosial sehingga sangat sesuai dengan model pembelajaran kooperatif karena dalam model pembelajaran kooperatif terjadi interaktif sosial yaitu interaksi antara siswa dan antara siswa dengan guru dalam usaha menemukan konsep-konsep dan pemecahan masalah.
3.      Cooperative Learning (CL)
Pendidikan merupakan sarana terpenting untuk mewujudkan kemajuan bangsa dan Negara. Hal ini karena pendidikan merupakan proses budaya yang bertujuan untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia. Pendidikan yang bermutu memerlukan metode dan strategi pembelajaran yang menjamin keberhasilan pendidikan. Pembelajaran yang baik harus lebih melibatkan keaktifan siswa. Namun, sejauh ini proses pembelajaran disekolah masih didominasi oleh sebuah paradigm yang menyatakan bahwa sebuah pengetahuan merupakan perangkat fakta-fakta yang harus dihafal. Disamping itu, situasi kelas sebagian besar masih berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, serta penggunaan metode ceramah sebagai pilihan utama strategi belajar mengajar. Oleh karena itu perlunya peningkatan kualitas pembelajaran dengan strategi, model, dan metode pembelajaran yang sudah ada. Seiring dengan perkembangan zaman proses pembelajaran saat ini memerlukan sebuah strategi belajar mengajar baru yang lebih menekankan pada partisifasi siswa (student oriented). Pada akhirnya siswa tidak hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, akan tetapi juga mengetahui dan memahami makna dari materi yang diterima. Salah satu metode pembelajaran yang sesuai untuk menuju paradigma baru diatas yaitu pembelajaran kooperatif. Dengan adanya pembelajaran kooperatif yang memandang siswa sebagai pelajar yang mampu untuk menularkan hasil belajarnya kepada pihak lain, maka hal tersebut menjadikan siswa menjadi sosok yang ahli dalam bidang yang telah dipelajarinya. Menurut Vygostky, implikasi utama dalam pembelajaran menghendaki pengaturan kelas berbentuk pembelajaran kooperatif, dengan siswa berinteraksi dan saling       memunculkan strategi pemecahan masalah yang efektif pada masing-masing zona perkembangan terdekat mereka.
Muslimin Ibrahim (2000 : 2) dalam syam (2008) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah merupakan metode pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yangmemiliki kemampuan heterogen. Sedangkan menurut Slavin (1997), dalam wahab (2009), pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang memfokuskan pada pengaruh-pengaruh pengajaran seperti pembelajaran akademik, khususnya menumbuhkan penerimaan antar kelompok serta keterampilan sosial antar kelompok.

4.      Contekstual Teaching And Learning (CTL)
Contekstual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan menghubungkannya dengan situasi kehidupan nyata sehingga mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan mereka. Contextual Teaching and Learning (CTL) dipengaruhi oleh filsafat konstruktivisme yang berpandangan bahwa hakikat pengetahuan mempengaruhi konsep tentang proses belajar, karena beajar bukanlah sekedar  menghafal akan tetapi mengonstruksi pengetahuan melelui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil “pemberian” dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengonstruksi yang dilakukan setiap individu. Pembelajaran interaktif memiliki dua karakteristik yaitu pertama proses pembelajaran melibatkan proses mental siswa secara maksimal, bukan hanya menuntut siswa sekedar mendengar, mencatat, akan tetapi menghendaki aktivitas siswa dalam proses berfikir. Kedua, dalam  proses pembelajaran membangun suasana dialogis dan proses tanya jawab terus menerus yang diarahkan untuk memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfikir siswa, yang pada gilirannya kemampuan berfikir itu dapat membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan yang mereka konstruksi sendiri.
B.     Berdasarkan Sasaran / Tujuan Pembelajaran
1.      Direct Instruction (DI)
Direct instruction dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif dan procedural yang tersusun dengan baik.
2.      Problem Based Instruction (PBI)
PBI utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagi peran orang dewasa dengan melibatkan mereka dalam pengalaman nyata atau stimulasi. PBI juga membuat siswa menjadi pembelajar yang otonom, mandiri. Secara terinci tujuan PBI adalah sebagai berikut :
Ø  Keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah. Kerja sama yang dilakukan dalam PBI, mendorong munculnya berbagai keterampilan inkuiri dan dialog dengan demikian akan berkembang keterampilan sosial dan berpikir.
Ø  Permodelan Peranan Orang Dewasa
Ø  Pembelajar Otonom dan Mandiri
3.      Cooperative Learning (CL)
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai stidak-tidaknya tiga tujuan pembelajaran (tim penyusun,2007), yaitu:
Ø  Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dapat memeberikan keuntungan baik siswa kelompok bawah maupun atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas akademik.
Ø  Penerimaan terhadap perbedaan individu
Pembelajaran kooperatif memberikan peneromaan yang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, kemampuan maupun ketidakmampuan serta untuk menghargai satu sama lain.
Ø  Pengembangan keterampilan sosial
Pembelajaran kooperatif mengajarkan siswa untuk keterampilan kerja sama. Pembelajaran ini saling membantu siswa memahami konsep sulit, model pembelajaran ini sangat berguna untuk membantu siswa menumbuhkan kemampuan untuk kerja sama.
4.      Contekstual Teaching And Learning (CTL)
Tujuan contekstual teaching and learning :
a.       CTL bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa untuk menemukan materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Proses belajar dalam conteks CTL tidak mengharapkan agar siswa hanya menerima pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
b.      CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa dituntut untuk dapat menangkap hubungan antara pengalaman belajar disekolah dengan kehidupan nyata. Hal ini sangat penting sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan kehidupan nyata, bukan saja bagi siswa materi itu akan bermakna secara fungsional akan tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori siswa, sehingga tidak akan mudah untuk dilupakan.
c.       CTL bertujuan mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat memahami materi yang dipelajarinya, akan tetapi bagaimana materi pelajaran itu dapat mewarnai prilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan kemudian dilupakan akan tetapi segala bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.  

C.    Berdasarkan Sintaks atau Perilaku
1.      Direct Instruction (DI)
Tidak ada model dan strategi yang paling baik dan paling jelek masing-masing memiliki kelemahan dan kelebihan. Penerapannya tergantung pada situasi, kondisi, atau kebutuhan siswa. Demikian juga dengan model pembelajaran langsung.model ini sebenarnya dapat diterapkan dibidang studi apapun, namun yang paling sesuai adalah untuk mengajarkan mata pelajaran yang berorientasi pada penampilan atau kinerja seperti menulis, membaca, matematika, musik, pendidikan olah raga dan lain-lain. Apabila informasi atau keterampilan yang akan diajarkan struktur dengan baik dan dapat diajarkan selangkah demi selangkah, model pembelajaran langsung sangat cocok dipergunakan. Model pembelajaran langsung kurang cocok untuk mengajarkan keterampilan sosial atau kreatifitas, proses berpikir tinggi dan abstrak.
Sintaks model pengajaran langsung disajikan dalam 5 (lima) tahap, seperti ditunjukkan pada table berikut ini :

Tabel 1. Tahapan-Tahapan Model Pengajaran Langsung
Fase
Peran guru
Fase 1
Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar.
Fase 2
Mendemonstrasikan  pengetahuan dan keterampilan
Guru mendemonstrasikan keterampilan dengan bener, atau menyajikan informasi tahap demi tahap.
Fase
Membimbing pelatihan
Guru merencanakan dan member bimbingan pelatihan awal
Fase 4
Mengecek pemehaman dan memberikan umpan balik
Mengecek apakah siswa telah berhasil melakukas tugas dengan baik, member umpan balik.
Fase 5
Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan
Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjuytan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari.

Langkah-langkah pembelajaran model pengajaran langsung pada dasarnya mengikuti pola-pola pembelajaran secara umum. Meliputi tahapan-tahapan sebagai berikut:
a.       Menyiapkan dan memotivasi siswa, tujuan langkah ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam dalam pelajaran itu.
b.      Menyiapkan tujuan, siswa perlu mengetauhui dengan jelas mengapa mereka berpartisipasi dalam pelajarn tertentu, dan mereka perlu mengetahui apa yang harus dapat mereka lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran.
c.       Presentasi dan Demonstrasi, fase ini merupakan fase kedua pengajaran langsung. Guru melaksanakan presentasi atau demonstrasi pengetrahuan dan keterampilan. Kunci kebrhasilan kegiatan demonstran adalah tingkat kejelasan demostrasi informasi yang dilakukan dan mengikuti pola-pola demonstrasi  yang efektif.
d.      Mencapai kejelasan,  hasil-hasil penelitian secara konsisten menunjukkan bahwa kemampuan guru untuk memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak yang positif terhadap proses belajar mengajar.
e.       Melakukan demonstrasi, pengajaran langsung berpegang teguh pada asumsi bahwa sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain. Belajar dengan meniru tingkah laku orang lain dapat menghemat waktu, menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error”.
f.       Mencapai pemahaman dan penguasaan, untuk menjamin agar siswa akan mengamati tingkah laku yang bener dan bukan sebaliknya, guru perlu bener-benar memperhatikan apa yang terjadi pada setiap tahap demonstrasi ini berarti, bahwa jika guru perlu berupaya agar segala sesuatu yang didemonstrasikan juga bener.
g.      Berlatih, agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan bener diperlukan latihan yang intensif, dan memmperhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang akan didemonstrasikan.
h.      Memberikan latihan terbimbing, salah satu tahap penting dalam pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pelatihan dapat meningkatkan retensi, membuat berlangsung dengan lancer, dan memungkinkan siswa menerpkan konsep/ketrampilan pada situasi yang baru.
2.      Problem Based Instruction (PBI)
PBI terdiri dari lima tahap utama, yang dimulai dengan guru mengorientasikan siswa kepada situasi masalah yang autentik  dan diakhiri dengan penyajian karya. Jika jangkaun masalahnya sedang-sedang saja, kelima tahapan tersebut dapat diselesaikan dalam dua sampai tiga kali pertemuan. Namun masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan setahun penuh untuk menyelesaikannya.
Tabel Sintaks Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Tahap
Tingkah laku guru
Tahap-1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistic yang dibutuhkan, mengajukan fenomena atau demonstrasi arau cerita untuk memunculkan masalah, memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya.
Tahap-2
Mengorganisasi siswa untuk belajar
Mengorganisasi tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
Tahap-3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpul informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah
Tahap-4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkam karya yang sesuai seperti laporan, video, medel dan membantu mereka untuk berbagi tugas dengan temannya
Tahap-5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan




3.      Cooperative Learning (CV)
Table Sintaks Pembelajaran Kooperative
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1:
Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran  yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2:
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3:
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efesien
Fase 4:
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5:
Evakuasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.
Fase 6:
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu kelompok

4.      Contekstual Teaching and Learnig (CTL)
Table Sintaks Contekstual Teaching and Learning
Tahap
Tingkah Laku Guru
Tahap 1
Pembelajar berbasis masalah
Guru meminta siswa mengobservasi suatu fenomena, mencatat permasalahan yang muncul, guru merangsang siswa untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah, mengarahkan siswa untuk bertanya, membuktikan asumsi.
Tahap 2
Memanfaatkan lingkungan siswa untuk memperoleh pengalaman siswa.
Guru memberikan tugas yang dapat dilakukan di berbagai lingkungan siswa agar siswa dapat memperoleh pengalaman langsung tentang apa yang mereka pelajari.
Tahap 3
Memberikan aktivitas kelompok
Guru menyusun kelompok yang dapat memperluas perspektif dan membangun kecakapan interpersonal siswa.
Tahap 4
Membuat aktivitas belajar mandiri
Guru hanya sebagai fasilitator saja, siswa yang lebih aktif mencari, menganalisis, menggunakan informasi dengan menerapkan strategi pemecahan masalah yang didahului uji coba terlebih dahulu dan menyusun refleksi.
Tahap 5
Membuat aktifitas belajar bekerja sama dengan masyarakat
Guru/Sekolah melakukan kerja sama dengan orang tua siswa yang memiliki keahlian khusus untuk menjadi guru tamu agar siswa memperoleh pengalaman belajar secara langsung.
Tahap 6
Menerapkan penilian autentik
Guru melakukan penilian dengan tugas portofolia, tugas kelompok, demonstrasi, dan laporan tertulis.





D.    Berdasarkan Lingkungan (Sumber Belajar)
1.      Direct Instruction (DI)
Pengajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang sangat hati-hati di pihak guru agar efektif, pengajaran langsung mensyaratkan tiap detail keterampilan atau isi didefenisikan secara secara seksama dan demonstrasi serta jadwal pelatihan direrncanakan dan dilaksanakan secara seksama (Kardi dan Nur, 2000 : 8)
Menerut Kardi dan Nur (2000 : 8-9), meskipun tujuan pembelajaran dapat direncanakan bersama oleh gur dan siswa, model ini terutama berpusat pada guru. System pengolahan pemebelajaran yang dilakukan oleh guru harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa terutama melalui memperhatikan, mendengarkan, dan resitasi (tanya jawab) yang terencana. Ini berarti bahwa lingkungan berorientasi pada tugas dan memberi harapan tinggi agar siswa mencapai hasil belajar dengan baik. Sumber yang digunakan pada pengajaran langsung antara lain buku panduan yang relevan, dapat juga menggunakan alat demonstrasi yang sesuai dengan materi pelajaran, seperti mikroskop.
2.      Problem Based Instruction (PBI)
Tidak seperti lingkungan belajar yang tersetruktur secara ketat yang dibutuhkan untuk pelajaran langusung penggunaan yang hati-hati kelompok kecil pada pemebelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan system managemen pada PBI dicirikan oleh: terbuka, proses demokrasi, dan peran siswa aktif. Dalam kenyataan, keseluruhan proses membantu siswa untuk menjadi mandiri, siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inquiri yang aman secara intelektual. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBI yang terstuktur dan dapat dipresiksi, norma disekitar pelajaran adalah norma inquiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat. Lingkungan belajar menekankan pada peranan sentral siswa bukan guru.
3.      Cooperative Learning (CL)
Pada pembelajaran cooperative, proses belajar dilakukan dalam lingkungan yang heterogen, khususnya dalam kelompok kecil. Hal ini dilakukan karena dalam lingkungan yang heterogen member kesempatan untuk saling mengajar dan saling mendukung, meningkatkan relasi dan interaksi antar ras, agama, etnik, memudahkan pengelolaan kelas, karena dengan adanya satu orang yang berkemampuan akademis tinggi, guru bias mendapatkan satu asisten yang menjadi tutor sebaya. Sumber belajarnnya dapat diproleh dari buku panduan, LKS dari guru, serta sarana dan prasarana yang sesuai dan mendukung dengan materi pelajaran.
4.      Contekstual Teaching and Learning (CTL)
Pembelajaran dengan pendekatan kontekstual dilaksanakan dalam lingkungan yang alamiah (leraning is real life setting) yang dapat dilaksanakan dalam konteks autentik, yaitu pembelajaran yang diarahkan pada ketercapaian keterampilan dalam konteks kehidupan nyata. Pembelajaran ini juga mengembangkan pemikiran bahwa belajar akan lebih bermakna apabila siswa bekerja sendiri, menemukan dan membangun sendiri pengetahuan dan keterampilan barunya, yang sangat membutuhkan lingkungan dapat menciptakan rasa kebersamaan, saling memahami, lingkungan belajar yang efektif, kreatif, dan situasi yang menyenangkan. Sumber bekajar yang dibutuhkan yaitu yang terpenting adalah pengalaman/kehidupan sehari-hari siswa yang dapat berkaitan dengan materi pembelajaran, buku-buku acuan yang relevan, LKS yang berisi permasalahan yang harus dipecahkan siswa, dan sebagainya.
E.     Berdasarkan Hasil Belajar
1.      Direct Instruction (DI)
Siswa dapat memahami materi pelajaran secara menyeluruh, karena guru menyampaikan materi dari dasar dan dilakukan secara urut, selangkah demi selangkah.
2.      Problem Based Instruction (PBI)
Siswa dapat menyusun pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya diri.


3.      Cooperative Learning (CL)
Siswa mampu bekerja dalam kelompok yang heterogen sehingga kemampuan berinteraksi menigkat, siswa dapat memahami konsep-konsep yang sulit, siswa menjadi lebih aktif dalam berpartisifasi dalam mengeluarkan pendapat.
4.      Contekstual Teaching and Learning (CTL)
Siswa dapat menghubungkan antara materi pelajaran dengan peristiwa yang terjadi pada kehidupan sehari-hari/ kehidupan nyata yang dialaminya, sehingga siswa dapat mengerjakan tugas-tugas yang  bermakna, siswa dapat lebih aktif, kreatif, kritis dan mampu bekerja sama dengan orang lain dalam menyelesaikan masalah, sehingga siswa bukan hanya menghafal saja tetapi mampu melakukan praktik.
F.     Berdasarkan Kelebihan Dan Kekurangan
1.      Direct Instruction (DI)
Kelebihan:
a.       Adanya kontak langsung antara guru dengan siswa
b.      Membantu siswa menguasai keterampilan dasar
c.       Siswa mendapatkan informasi yang jelas dan bertahap
Kekurangan:
a.       Siswa mudah bosan
b.      Pembelajaran berlangsung secara menoton
c.       Kurangnya komunikasi interaktif
d.      Kurang cocok diterapkan untuk keterampilan sosial atau kreativitas
e.       Hanya dapat memahami oleh siswa yang memiliki proses berpikir yang tinggi dan abstrak
2.      Problem Based Instruction (PBI)
Kelebihan:
a.       Adanya kerja sama dalam mengerjakan tugas sehingga siswa dapat saling membantu dan bertukar pikiran
b.      Terjadi pengamatan dan dialog dengan orang lain (adanya interaksi)
Kekurangan;
-
3.      Cooperative Learning (CL)
Kelebihan:
a.       Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif diantara siswa uang memiliki kemampuan belajar berbeda
b.      Menerapkan bimbingan sesama teman
c.       Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi
d.      Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar
e.       Sikap apatis berkurang
f.       Meningkatkan motivasi belajar
g.      Membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit
h.      Melatih kemampuan siswa untuk mengeluarkan pendapat
i.        Siswa aktif berperan sebagai tutor sebaya
j.        Menigkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi
k.      Model pembelajaran kooperatif dapat mencegah keagresivan da;am system kompetisi dan ketersaingan dalam system individu tanpa mengorbankan aspek kognitif
l.        Meningkatkan kehadiran siswa dan sikap yang lebih positif.
Kelemahan:
Peralihan dari seluruh kelas ke kelompok kecil dapat menyita waktu pengajaran yang berharga. Untuk itu guru harus dapat membuat perencanaan yang seksama sehingga dapat meminimalkan jumlah waktu yang terbuang.
4.      Contekstual Teaching and Learning (CTL)
Kelebihan:
a.       Dapat membantu guru dan siswa mengaitkan antara materi pembelajaran dengan situasi dunia nyata siswa
b.      Mendorong siswa untuk menghubungkan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapan dalam kehidupan sehari-hari
c.       Siswa dapat mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan keterampilan baru ketika ia belajar
d.      Siswa bukan hanya menghafal, tapi juga melakukan praktik.
Kelemahan:
-
Catatan:
Pada dasarnya, setiap model pembelajaran disusun untuk mendukung keberhasilan dari proses belajar atau mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga tidak ada satu model yang dikatakan lebih baik atau lebih buruk dari yang lain. Semua itu tergantung dari bagaimana teknik pelaksanaan dan pengelolaan kelas yang dilakukan oleh guru yang bersangkutan, dan dipengaruhi juga oleh kondisi siswa dan tersedianya sarana dan prasarana serta lingkungan belajar.











DAFTAR PUSTAKA
Andayani, S. 2007. Peranan Kooperatif Teknik STAD Dalam Pembelajaran Matematika. Online:   Http://www.google.co.id (diakses  14 Mei 2009)
Anonim. 2000. Model-Model Pengajaran Dalam Pembelajaran Sains. Bandung : Kaifa.
Anonim.2009. Model Pengajaran Langsung (Direct Instruction).dikutip dari http//:kenreguru.blogspot.com pada 5 maret 2010
Dzaki, M.2006. Pembelajaran Kooperatif. Online:http://www.google.co.id
(diakses:13 Mei 2009)
Faiq, M. 2009. Model Pengajaran Langsung. Dikutip dari http://tindakanpenelitiankelas.blogspot.com pada tanggal 10 maret 2010.
Ibrahim, Muslim. 2000. Pembelajaran Berdasarkan Masalah. Surabara : University press.
Kardi, S. dan Nur, M. 2000. Pengajaran Langsung. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya.
Muslich, M.2009. KTSP Pembelajaran Berbasis  Kompetensi dan Kontekstual. Jakarta : Bumi Aksara.
Sudjana, D. 2001. Metode dan Tehnik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Tim penyusun. 2007. Handout Strategi Pembelajaran. Mataram: Universitas Mataram.






ANGKET
MODEL STRATEGI DAN MODEL PEMBELAJARAN

NAMA SEKOLAH                          :

MATA PELAJARAN                      :

KELAS/SEMESTER                       :

STANDAR KOMPETENSI                        :

KOMPETENSI DASAR                 :

Mataram,      April 2011


Mengetahui,
Guru mata pelajaran



…………………….


Tidak ada komentar:

Posting Komentar